BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan Layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan
2.1.1 Pengertian Bimbingan kelompok
Prayitno (1995: 178), mengemukakan bahwa :
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok”. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya”.
Sementara Romlah (2001: 3), mengatakan bahwa :
bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Selanjutnya bimbingan kelompok diuraikan oleh (Sukardi, 2003: 48) sebagai berikut :
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat”.
Wibowo (2005: 17) menyatakan, “ bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi- informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama”.
Jadi dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok ini maka siswa dilatih untuk berbicara dihadapan teman-temannya dalam mengemukakan pendapatnya, siswa belajar untuk menghargai pendapat, siswa belajar memecahkan masalah dari topik yang dibahas. Dengan demikian siswa akan sadar sehingga termotivasi untuk belajar dan mempertinggi prestasi.
2.1.2 Tujuan Bimbingan Kelompok
Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang di kemukakan oleh beberapa ahli, adalah sebagai berikut :
Menurut Amti (1992: 108) bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
1. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan
teman- temannya.
2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok
3. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman
dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada
umumnya.
4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.
7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain.
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh
(Prayitno, 1995: 178) adalah: (1) Mampu berbicara di depan orang banyak.,
(2) mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak, (3). belajar menghargai pendapat orang lain, (4) bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya, (5) mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), (6)dapat bertenggang rasa, (7) menjadi akrab satu sama lainnya, (8) membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003: 48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat termotivasi untuk mengembangkan potensi diri sehingga diharapkan siswa pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Dari beberapa pendapat diatas maka tujuan layanan bimbingan kelompok ialah sebagai berikut : (1) menambah wawasan, dari yang belum tahu menjadi tahu dan dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu, (2) membentuk dan mengembangkan sikap sosial moral antara sesama anggota kelompok, seperti saling menghargai pendapat masing-masing anggota dan saling menerima sesama anggota apa adanya, (3) melatih siswa untuk berkomunikasi, (4) memberikan semacam motivasi bagi para anggota bimbingan kelompok untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan orang banyak, atau dengan kata lain memberikan ketrampilan bagi para anggota kelompok untuk berani berbicara di depan umum.
2.1.3 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
Di dalam layanan bimbingan kelompok yang berperan di dalam layanan ini adalah suasana kelompok, pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
a. Suasana Kelompok
Di dalam suatu kelompok, kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi dalam memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai tujuan. Dalam bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Dinamika kelompok tersebut hanya akan dapat terwujud jika kelompok tersebut benar-benar hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok serta semangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok.
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan suasana kelompok menjadi lebih baik (Prayitno, 1995:27), yaitu :
a. Hubungan yang dinamis antar anggota kelompok.
b. Tujuan bersama.
c. Hubungan langsung antara besarnya kelompok dengan sifat kehidupan kelompok.
d. Itikad dan sikap para anggota kelompok.
e. Kemandirian.
b.Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling professional (Prayitno, 2004:4). Pemimpin kelompok sangatlah berperan penting di dalam jalannya suatu kelompok tersebut. Pemimpin kelompok haruslah memiliki keterampilan di dalam memimpin kelompok khususnya bimbingan kelompok sehingga dapat menghidupkan dinamika kelompok dan tujuan dari bimbingan kelompok tersebut dapat tercapai.
Seorang pemimpin kelompok di dalam layanan bimbingan kelompok berperan sebagai (Prayitno, 1995:35 - 36) :
a. Pemberi bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
b. Memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok, baik itu perasaan anggota-anggota tertentu maupun perasaan keseluruhan kelompok.
c. Memberikan arahan kepada angggota kelompok, jika kelompok tersebut tampaknya kurang menjurus kepada arah yang ingin dituju.
d. Mengatur jalannya kegiatan kelompok.
e. Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
c. Anggota Kelompok
Merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu kelompok dan sangatlah menentukan. Tanpa adanya anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu, dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan pimpinan kelompok sama sekali.
Pemilihan anggota kelompok sangatlah penting, agar dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan lancar. Anggota kelompok sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Jika anggota kelompok tidak bisa membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan dalam kegiatan kelompok, terbuka, membantu anggota kelompok lain, maka akan sangat sulit dalam menciptakan suasana kelompok yang baik.
Di dalam bimbingan kelompok, anggota kelompok hendaknya memainkan perannya sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Prayitno (1995:32) anggota kelompok berperan sebagai :
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
b. Mencurahkan segenap perasaan dan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
e. Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
f. Berusaha membantu orang lain.
g. Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya.
h. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, didalam suatu layanan bimbingan kelompok terdapat tiga komponen yang sangat mempengaruhi di dalam berhasil atau tidaknya suatu proses bimbingan kelompok dan akan saling menunjang satu sama lain. Ketiga komponen tersebut adalah suasana kelompok, pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
2.1.4 Asas-asas Bimbingan kelompok
Di dalam bimbingan kelompok terdapat kaidah-kaidah (asas-asas) yang harus diperhatikan, seperti :
1. Asas kesukarelaan, yakni semua anggota kelompok diminta secara sukarela dan tanpa ragu-ragu atau merasa terpaksa di dalam menyampaikan masalah yang dihadapinya.
2. Asas kerahasiaan, yakni segala sesuatu yang dibicarakan di dalam kegiatan bimbingan kelompok tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terutama hal-hal atau informasi yang tidak layak diketahui oleh orang lain
3. Asas keterbukaan, yakni semua anggota kelompok bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat, ide, saran dan apa saja yang dirasakan atau yang dipikirkannya.
4. Asas kenormatifan, yakni semua yang dibicarkan dan dilakukan dalam kegiatan kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku. Selama kegiatan berlangsung setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling menghormati dan menghargai.
Apabila asas-asas tersebut diikuti dan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Akan tetapi jika asas-asas tersebut diabaikan atau bahkan dilanggar maka sangat dikhawatirkan kegiatan konseling tidak akan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, bahkan juga dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam bimbingan kelompok tersebut. Jadi, di dalam bimbingan kelompok terdapat beberapa asas-asas yang mengikat dalam jalannya suatu layanan bimbingan kelompok seperti asas kesukarelaan, asas kerahasiaan, asas keterbukaan dan asas kenormatifan. Asas-asas tersebut sangatlah berperan di dalam proses jalannya bimbingan kelompok, sehingga tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai.
2.1.5. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok terdiri dari empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran (Prayitno, 1995:40-60).
Tahap I
Tahap ini disebut sebagai tahap pembentukan, dimana tahap pembentukan ini para anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan kegiatan bimbingan kelompok. Tahap ini ditandai dengan keterlibatan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pembentukan :
Tahap pembentukan
1. Ucapan selamat datang.
2. Doa bersama.
3. Pengertian bimbingan kelompok.
4. Tujuan bimbingan kelompok.
5. Cara pelaksanaan.
6. Azas bimbingan kelompok.
7. Perkenalan dilanjutkan dengan permainan.
Bagan 1
Tahap I : Pembentukan
Tahap II
Tahap II ini dinamakan tahap peralihan. Pada tahap peralihan biasanya diwarnai dengan suasana ketidak seimbangan dalam diri masing-masing anggota kelompok, yang menyebabkan tingkah lakunya tidak sebagaimana biasanya. Selain itu tahap ini juga merupakan jembatan antara tahap pertama dengan tahap berikutnya oleh karena itu apabila tahap peralihan dapat dilalui dengan baik maka tahap-tahap berikutnya akan dapat juga berjalan baik. Kegiatan yang dilakukan pada tahap peralihan :
Tahap peralihan
1. Menjelaskan kegiatan yang akan dijalani pada tahap berikutnya.
2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
3. Membahas suasana yang terjadi.
4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).
Bagan 2
Tahap II : Peralihan
Tahap III
Tahap III ini dinamakan tahap kegiatan. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga ini akan berlangsung dengan lancar, dan pemimpin kelompok mungkin sudah melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :
Tahap kegiatan
1. Pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan. (topik tugas/bebas)
2. Tanya jawab hal yang belum dipahami.
3. Anggota membahas topik sampai tuntas.
4. Setiap anggota mengemukakan apa yang akan dilakukan setelah membahas topik tersebut (peneguhan hasrat) dan / komitmen.
Bagan 3
Tahap III : Kegiatan
Bagan 4
Tahap III : Kegiatan
Tahap IV
Tahap IV dinamakan tahap pengakhiran. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok ini menurun, dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat.
Tahap pengakhiran
1. Pemimpin mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota mengemukakan kesan dan hasil kegiatan.
3. Merencanakan kegiatan lanjutan.
4. Pesan dan harapan.
5. Doa penutup dan perpisahan.
Bagan 5
Tahap IV : Pengakhiran
Bagan 6
Tahapan-Tahapan di Dalam Bimbingan Kelompok
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Guru pembimbing atau konselor sekolah harus dapat memahami dengan baik tentang proses belajar, agar konselor sekolah dapat memberikan Konseling dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi dengan apa yang dibutuhkan siswa di sekolah.
Belajar merupakan usaha untuk merubah tingkah laku seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman A.M (2003 : 20): “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, atau meniru”. Artinya bahwa belajar itu dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diinginkan melalui kegiatan yang dilakukan seperti membaca, mengamati, mendengarkan atau meniru apa yang dipelajari.
Melalui belajar kita dapat mengalami suatu perubahan kearah yang lebih baik yang dapat dilihat dari pribadi manusia itu sendiri yang ditampakkan dalam bentuk perubahan peningkatan kualitas tingkah laku yang dimiliki. Belajar memberikan peningkatan akan kecakapan, pengetahuan sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.
Menurut Oemar Hamalik (1983 : 21):
“Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat penglaman dan latihan.”
Dalam hal ini bentuk pertumbuhan atau perubahan yang dimaksud adalah bertambahnya ilmu pengetahuan dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Dari kedua pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa peningkatan kualitas perubahan tingkah laku pada dirinya dari keadaan sebelum ia belajar dan penguasaan materi ilmu pengetahuan.
2.2.2 Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar, perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif dan mendukung terlaksananya proses kegiatan mengajar denagn baik. Dalam hal ini Sardiman A.M. (2003 : 26) berpendapat bahwa tujuan belajar terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Seseorang belajar ingin mendapatkan sesuatu hal yang baru, dalam hal ini berupa pengetahuan dan wawasan yang dapat berguna dalam mengembangkan pola pikir dan kepribadian dalam menghadipi segala hal.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Melalui belajar kita dapat memilki konsep dan keterampilan yang dimiliki. Kita dapat mengembangkan apa yang kita miliki baik itu potensi diri dan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar.
3. Pembentukan sikap
Sikap yang baik dalam menyikapi segala hal dapat diperoleh dari hasil belajar, karena belajar merupakan suatu usaha untuk mengubah suatu tindakan atau perilaku yang diinginkan melalui pengalaman dan latihan.
Siswa yang memiliki ketiga tujuan belajar tersebut diatas akan lebih mudah dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas, karena ketiga tujuan belajar yang telah uraikan diatas dapat diketahui motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar sudah terbentuk. Tujuan belajar itu terbentuk karena adanya kebutuhan dan motivasi dari siswa. Dengan demikian belajar itu berorientasi kepada tujuan siswa dalam belajar.
Jadi, dengan diadakanya kegiatan layanan bimbingan kelompok yang bertujuan untuk : (1) menambah wawasan, dari yang belum tahu menjadi tahu dan dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu, (2) membentuk dan mengembangkan sikap sosial moral antara sesama anggota kelompok, seperti saling menghargai pendapat masing-masing anggota dan saling menerima sesama anggota apa adanya, (3) melatih siswa untuk berkomunikasi, (4) memberikan semacam motivasi bagi para anggota bimbingan kelompok untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan orang banyak, atau dengan kata lain memberikan ketrampilan bagi para anggota kelompok untuk berani berbicara di depan umum. Dari tujuan tersebut maka siswa akan terpacu untuk lebih giat lagi dalam belajar baik itu di sekolah maupun di rumah.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibagi menjai dua faktor yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal ini terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis yaitu kondisi jasmani yang mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor psikologis yaitu faktor rohaniah seperti tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa.
2. Faktor Eksternal
Faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor sosial seperti lingkungan sekolah yang mempengaruhi semangat belajar siswa, kondisi dan keadaan lingkungan masyarakat dan teman-teman di tempat tinggal siswa, dan yang paling mempengaruhi adalah lingkungan dari keluarga atau orang tua siswa itu sendiri dilihat dari sifat-sifat orang tua dan pengelolaan terhadap keluarga. Faktor lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah, jarak rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan saat siswa belajar. Faktor lingkungan sosial maupun faktor lingkungan nonsosial sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar siswa.
2.2.4 Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Sesuai dengan pendapat Gleitman dan Reber (1986 : 136): Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Seseorang akan memiliki dorongan yang timbul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang diinginkan agar tercapai.
Dalam dunia pendidikan, motivasi belajar yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri. Kerena lebih murni dan akan tahan lama serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan untuk mencapai prestasi dan dorongan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberikan pengaruh yang kuat dan relative lebih lama dibandingkan dengan dorongan keharusan dari orang tua dan guru.
2.2.5 Pengertian Motivasi Belajar
Siswa yang memiliki tujuan dalam belajar akan memiliki kesadaran dari dalam dirinya sendiri untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan harapan tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka harus ada dorongan dari dalam diri individuitu sendiri. Menurut pendapat Sardiman A.M (2003 : 27) “ Motivasi adalah daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sebagai tujuan yang dikehendaki segera tercapai”.
Apabila siswa memilki motivasi belajar yang tinggi, maka kemampuan dalam belajarnya akan semakin tinggi seperti yang dikemukakan oleh Thursan dalam Hakim (2005 : 26): “ Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Hamzah (2007:1) menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Sutadipura (2005:114) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses, yaitu :
1. Membimbing anak-anak didik ke arah pengalaman-pengalaman, yang kegiatan belajar itu dapat berlangsung.
2. Memberikan kepada anak-anak didik, kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai.
3. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.
Winkel (1987:73) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Prayitno (1989:8) berpendapat bahwa:
Motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa motivasi belajar adalah suatu usaha yang timbul dari dalam diri siswa agar tumbuh dorongan untuk belajar dan tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.
2.2.6 Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang ada pada setiap siswa dalam melakukan suatu kegiatan berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam melakukan suatu kegiatan, seorang siswa dapat mempunyai motivasi lebih dari satu macam motivasi dalam belajarnya. Karena itu motivasi terdiri dari berbagai macam.
Menurut Sardiman A.M (2003 : 86) macam-macam motivasi belajar adalah:
1. Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.
Macam-macam motivasi yang telah disebutkan diatas semua pada akhirnya adalah untuk mencapai apa yang menjadi tujuan untuk memenuhi kebutuhan dengan adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar. Motivasi sangatlah diperlukan, karena dengan adanya motivasi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar, yang terutama adalah motivasi yang timbul dari dalam diri inidividu itu sendiri.
2.2.7 Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Motivasi dalam belajar mempunyai peranan yang sangat besar pengaruhnya untuk mendorong kegiatan belajar siswa khususnya yang memilki perilaku-perilaku maladaptive dan menyimpang sehingga perilaku tersebut mengganggu proses belajar siswa. Menurut Sadiman A.M. (2003 : 85) fungsi dari motivasi adalah:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik yang melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan kearah yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dalam hal ini fungsi motivasi menandakan perubahan kearah yang lebih baik yang timbul dari dalam dan luar dari seseorang khususnya dalam hal belajar bagi siswa. Sesuai dengan pendapat diatas maka diharapkan anak didik memiliki motivasi yang tinggi, sebab dengan motivasi yang tinggi akan sangat membantu siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Diharapkan juga kepada guru mata pelajaran dan guru pembimbing memberikan perhatian yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dengan menggunakan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makmun (2000 : 40), yaitu meliputi hal-hal yang perlu diukur :
1. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya)
2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu
3. Persistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan belajar
4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan
5. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan
6. Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)
8. Arah, sikapnya terhadap sasaran kegiatan
Motivasi belajar siswa adalah salah satu faktor untuk meningkatkan belajar siswa di sekolah, maka dalam hal ini Sardiman A.M, (2003 : 83) mengemukakan beberapa indikator yang ada dalam motivasi belajar siswa, yaitu :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
6. Dapat mempertahankan pendapatnya.
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal yang dapat diukur dalam motivasi. Dengan demikian siswa memiliki kesadaran untuk memiliki motivasi dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.2.8 Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Peranan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting dan memiliki pengaruh amat besar terhadap apa yang akan diperoleh siswa dalam hal ini lebih ditekankan pada tingkat prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Sardiman A.M. (2003 : 78-80) motivasi sangat berperan dalam belajar karena mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.
2. Pembelajaran yang termotivasi pada hekekatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan motif, minat yang ada pada diri siswa.
3. Pembelajaran yang termotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas yang mengakibatkan timbulnya perilaku maladatif dari diri siswa.
5. Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.
Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam motivasi akan lebih mudah menimbulkan kesadaran bagi siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Sehingga siswa secara sadar dapat mengikuti kegiatan belajar tanpa adanya paksanaan dari pihak lain.
2.3 Hubungan Bimbingan Kelompok dengan Motivasi Belajar
Pada pelaksanaan bimbingan kelompok akan dibahas topik tugas yang temanya diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya pelaksanaan bimbingan kelompok peneliti akan memanfaatkan suasana kelompok dengan komunikasi yang multiarah di antara anggota kelompok, sehingga akan didapatkan informasi dan pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi anggota kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan adanya tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok maka siswa akan terpacu, terdorong, sehingga mereka sadar bahwa hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa henti. Tanpa adanya proses belajar maka manusia akan terhenti karena tidak mendapatkan informasi. Akibatnya apabila siswa tidak mau belajar maka akan berdampak pada hasil belajar yang tidak memuaskan. Diharapkan pada akhirnya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok ini.
2.4 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada tidaknya pengaruh, maka ada dua hipoteis yang muncul, yakni :
a. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 1 Indralaya Tahun Pelajaran 2010/2011.
b. Hipotesis Nihil (H0)
Tidak ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 1 Indralaya Tahun Pelajaran 2010/2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar